Hasil Uji Coba Tidak Memuaskan

UJIAN NASIONAL

Hasil uji coba ujian nasional (UN) yang dilakukan di beberapa daerah tidak memuaskan. Alasannya soal-soal yang diujikan lebih berat daripada soal UN sesungguhnya.
Masih rendahnya kesiapan sekolah menghadapi UN tersebut dapat dijumpai di Tulungagung, Jawa timur dan Bali serta beberapa daerah lainnya. Rata-rata pencapaian nilai yang memenuhi kualifikasi kelulusan UN hanya berkisar 70 %.
Namun, menurut Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Suyanto, dalam uji coba tersebut biasanya memang bobot soalnya lebih berat ketimbang yang disajikan dalam UN. Sehingga wajar saja kalau dianggap gagal dalam uji coba semacam itu, katanya menjawab pertanyaan wartawan sesuai membuka lokakarya Review Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar di puncak Bogor, Jawa barat, senin (5/3) malam.
Seperti diketahui, UN 2007 kali ini dijadwalkan maju dari tahun sebelumnya dan akan berlangsung pada minggu ketiga April. Berbagai persiapan sekolah di seluruh daerah sedang berlangsung, baik dari aspek teknis maupun nonteknis.
Dirjen Mandikdasmen Suyanto mengatakan dengan pengalaman UN yang sudah berlangsung dua tahun terakhir ini diharapkan sekolah lebih siap. Sejatinya dengan uji coba tersebut menjadi acuan bagi sekolah, siswa, maupun Orang tua lebih mempersiapkan diri masing-masing menghadapi UN yang sebenarnya, katanya.
Ia menjelaskan UN akan menjadikan dasar untuk membuat kebijakan selanjutnya dalam kaitannya untuk menstandarkan mutu pendidikan secara nasional. Suyanto mencontohkan 12 Provinsi yang jeblok nilai UN-nya tahun lalu memperoleh bantuan buku-buku, masing-masing di provinsi tersebut memperoleh tiga buku pelajaran.
Nantinya, juga akan dibangun laboratorium di setiap sekolah, sehinbgga bisa meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Begitu juga gurunya, melalui Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) akan dilakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan mutu gurunya.
Keberadaan UN di Indonesia menurutnya lebih strategis untuk membentuk karakter anak agar lebih kerja keras dan tidak bermental lembek. Anak Indonesia rata-rata ingin mengambil jalan pintas. Tanpa berjuang ingin sukses dalam hidup. Dalam kasus UN, tanpa belajar keras ingin lulus ujian.
Suyantomencoba membandingkan di Negara-negara yang memberlakukan UN, seperti Singapura dan Malaysia. Tujuannya murni untuk terus-menerus meningkatkan dan menstandarkan mutu sesuai dengan yang sudah ditetapkan Negara tersebut.