Sewaktu kedaerah-daerah dalam rangka ikut menyaksikan bangkai rumah-rumah ibadah, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah penduduk, baik dalam kapasitas saya sebagai orang Departemen agama maupun sebagai Ketua MUI, sering saya tercenung memikirkan tata nilai manusia yang rusak. Dulu kita begitu terkesima dengan hubungan baik atau adab sopan santun yang diwariskan secara turun-temurun oleh para pendahulu sebagai tonggak sebuah peradaban rohani. Namun, setelah melewati masa-masa sulit itu, dan kini kita berhasil membangun dengan sangat berhasil peradaban fisik sebagai simbol kemodeman, ternyata membawa masalah yang sangat ruwet. Barulah kita sadar bahwa peradaban kemanusiaan modern kita sangat rapuh. Para tokoh masyarakat dan pemuka agama ramai-ramai membuat pertanyaan penyesalan keperihatinan. Dan setelah itu kita menganggaptugas kita telah selesai.
Alangkah sederhananya tugas kita sebagai pelopor peradaban modern. Dan alngkah terbuktinya teori ‘umran (peradaban) dari ibnu khaldun tentang perseteruan masyarakat hadlarah (menetap-kota-modern) dan masyarakat badawah (berpindah-pindah-agraris-nomaden) di tanah arab tempo dulu. Suatu masyarakat yang hidup secara dinamis dan progresif, penuh persaingan selalu ingin saling mengalahkan karena dipacu oleh kebutuhan mempertahankan hidup sehari-hari. Yang satu ingin hidup mapan, yang lainnya anti kemapanan.
Kelompok masyarakat terakhir ini kalau terdesak oleh kebutuhan hidup sehari-hari, maka kerjanya-menurut Ibnu Khaldun-hanya memberontak, menyerang dan merampas kekuasaan dari orang-orang kotadan mengacaukan suasana masyarakat kota dengan jalan memperkosa dan membunuh. Sebanding dengan perseteruan masyarakat kita sekarang yang lebih banyak dipacu oleh ketidakadilan sosia, sehingga membengkak menjadi kecemburuan sosial yang diperkaya oleh sentimen keagamaan, maka lahirlah usaha saling memberontak, menyerang, merampas, memperkosa dan membunuh, sebagaimana layaknya masyarakat arab jahiliyah yang selama ini kita cibir.
Kalau kita mau jujur, terutama melihat praktik hidup masyarakat kita akhir-akhir ini, rasa-rasanya kita telah terjatuh ke dalam usaha mempratikkan peradaban jahiliyah di tanah air kita yang dulunya disanjung-sanjung sebagai tanah air yang ramah itu. Karenanya, kita merindukan seorang tokoh Muhammad bin Abdullah dengan masyarakat madaninya (masyarakat beradab) untuk menyelamatkan kitadari kebangkrutan moral.
Kita tidak ingin puas hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita adalah masyrakat beragama, dan bukan masyarakat sekuler. Atau pernyataan yang berbau sloganistik dan klise namun masih bermanfaat adalah “negara kita bukan negara agama dan juga bukan negara sekuler. “Sebuah pernyataan yang mengindikasikan adanya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi dalam kehidupan kenegaraan. Namun, sejauh ini kita terlampau terpukau oleh pembangunan fisik dan lalai membangun mental rohani masyarakat yang beradab. Maka upaya ini tidak cukup dengan membuat pernyataan politik, meliankan adanya usaha sadar yang dilandasi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa untuk membangun peradaban modernyang demokratis dengan melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Contoh paling mengesankan adalah masyarakat madani warisan Nabi Muhammad Saw.
1 Komentar untuk "Akhlak Manusia Yang Rusak"
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).