PROFIL USTAJAH HJ. ZAINAB

Tangerang, tepatnya didaerah poris, 20 juli 1964 merupakan hari yang bahagia bagi pasangan H.M.Zein dan Hj. Masroh karena telah dikaruniai seorang putri yang bernama Ustajah Hj. Zainab yang merupakan anak pertama. Ustajah Hj. Zainab merupakan anak pertama dari 9 bersaudara, yang terdiri dari 3 orang putri dan 6 orang putra. Sejak kecil Hj. Masroh sudah mempunyai cita-cita yang luhur untuk menjadikan anak-anaknya bisa berguna bagi masyarakat terutama dibidang agama oleh karena itu Hj. Masroh menitipkan anak-anaknya di pengajian atau sekarang dikenal dengan sebutan TPA. Salah satunya yaitu Ustazah Hj. Zainab ketika itu Ustazah Hj. Zainab berusia 6 tahun, layaknya anak-anak kecil dimasa itu Ustazah Hj. Zainab mengkuti pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) tepatnya di daerah Dongkal Kota Tangerang.
Setelah menamatkan pendidikan MI Ustazah Hj. Zainab dititipkan di Pondok Pesantren (PONPES) selama 10 tahun tepatnaya didaerah Poris Gaga Di kota Tangerang, Pondok pesantren tersebut bernama Darussalam pimpinan KH. Mas’ud dan Istrinya bernama Ustazah Hj. Hannah. Selama menjalani pendidikan Pondok Pesantren Ustazah Hj. Zainab memang sudah memiliki bakat yang menonjol terutama dalam bidang Mukhadoroh (Ceramah) karena keberanian dan kegigihan Ustazah Hj. Zainab dalam menuntut ilmu dan dalam mewujudkan cita-cita kedua orang tuanya.
10 tahun menjalani pendidikan di Pondok Pesantren Ustazah Hj. Zainab telah memperoleh bekal ilmu yang bermanfaat, dan ketika itu Ustazah Hj. Zainab mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk mengisi ceramah dalam suatu acara pengajian. Akhirnya Ustazah Hj. Zainab telah menemukan pendamping hidup. Dalam usia yang masih sangat muda yaitu di usia 17 tahun Ustazah Hj. Zainab melangsungkan pernikahan dengan seorang pria bernama Ustaz H. Nurhasan MZ. Yang merupakan Putra dari H. Madin dan ibu Hj. Mursinah (Alm). Yang bertempat tinggal Diporis Cipondoh Makmur kota Tangerang. Dari hasil pernikahannya Ustazah Hj. Zainab dan Ustaz H, nurhasan dikaruniai 3 orang anak yaitu 2 orang putra dan 1 orang putri.
Setelah menikah Usatajah Hj. Zainab masih terus melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren, namun tidak menetap dipondok pesantren tersebut, tetapi Ustajah Hj. Zainab menyisatinya dengan pergi-pulang setiap hari. Atas berkat dukungan dari suami dan keluarga besarnya. Ustajah Hj. Zainab terus menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu yang telah diperolehnya.
Pada tahun 1983 Ustajah Hj. Zainab beserta Ustad H. Nurhasan mencoba mengajar anak-anak dirumah orang tuanya yang ketika itu masih tinggal bersama orang tuanya, waktu itu muridnya tak lain adalah adik-adiknya sendiri kemudian mulai meluas ke tetangga sekitar. Dari situlah keinginan Ustajah Hj. Zainab mulai muncul untuk terjun mengembangkan syiar islam.
Pada tahun yang sama yaitu tahun 1983 Ustajah Hj. Zainab dipilih sebagai Pimpinan Majlis Ta’lim kaum ibu setiap hari kamis, waktu itu Ustazah Hj. Zainab belum mengajar hanya sebagai pimpinan saja. Atas dasar pengalaman dan ilmu dan didapatkan di Pondok Pesantren, suatu saat Ustazah Hj. Zainab dipercaya untuk mengisi ceramah dalam pengajian tersebut, karena potensi dan bakat sudah dimiliki akhirnya ceramahnya diterima oleh masyarakat. Berlanjut kemudian atas dasar desakan masyarakat sekitar pada tahun 1990 Ustazah Hj. Zainab diusulkan untu membuka Majlis Ta’lim sendiri dirumahnya yang diberi nama Majlis Talim Al-Ikhlas.
Usulan itupun diterima dengan lapang dada akhirnya ditahun itu terbentukalah Majlis Ta’lim kaum ibu setiap hari minggu yang tetap Eksis sampai sekarang dan memilki jama’ah sekitar 200 jama’ah yang dating kerumahnya tiap minggunya untuk mengikuti pengajian tersebut. Berawal dari situlah kemajuan Ustazah Hj.Zainab mulai memuncak dan dipercaya oleh masyarakat sekitar dan masyarakat luas untuk mengajar diberbagai Majlis Ta’lim yang sampai saat ini Ustazah Hj. Zainab mengajar 20 Majlis Ta’lim.
Hingga sekarang Yayasan Majlis Ta’lim tetap eksis diwilayahnya dengan menampung berbagai kegiatan khususnya dalam kegiatan Agama dan dapat diterima oleh Masyarakat itu semua atas ketekunan dan ketelitian Ustazah Hj. Zainab dalam memimpin sehingga jama’ah tetap senang untuk menimba ilmu dan membantu antar sesama. Sampai saat ini sudah dapat membiyayai anak yatim sebanyak 27 orang dan 23 kaum dhuafa yang diberikan santunan tiap bulannya.





B. METODE DAKWAH USTAZAH HJ. ZAINAB

Ustazah Hj. Zainab menggunakan metode Dakwah Bil-lisan (Mukhadoroh), Ustazah Hj. Zainab menggunakan metode ini karena melihat dari berbagai kalangan atau taraf pendidikan yang dimaksudkan agar jama’ahnya cepat mengerti dan mudah memahami seperti halnya melalui hafalann-hafalan tetapi Ustazah Hj. Zainab tidak hanya menggunakan metode dakwah Bil-lisan namun juga melalui metode Bil-qalam (Tulisan) yaitu dengan diadakannya kitab-kitab sebagai panduan bagi jama’ahnya.

C. CIRI KHAS DAKWAH USTAZAH HJ. ZAINAB

Ustazah Hj. Zainab didalam berdakwah menggunakan sholawat dan biasanya dipadukan dengan refleksi yaitu penyejukan. Biasanya Ustajah Hj. Zainab melihat situasi dan kondisi, apabila Ustajah Hj. Zainab melihat jamaahnya mulai terlihat jenuh, Ustajah Hj. Zainab memasukan hiburan-hiburan atau humor namun mendidik.

D. MATERI DAKWAH USTAZAH HJ. ZAINAB
Ustajah Hj. Zainab biasanya menggunakan materi sesuai acara yang diselenggarakan, misalnya pada acara maulid Nabi Muhammad SAW. Ustajah Hj. Zainab lebih menekankan pada kisah Nabi Muhammad atau cerita tentang kelahiran serta riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. Namun pada majelis ta’lim yang di bimbingnya Ustajah Hj. Zainab menggunakan materi atau pelajaran dari kitab sebagai panduan bagi para jamaahnya.

E. FAKTOR PENDUKUNG DAKWAH USTAJAH HJ. ZAINAB

• Sarana dan prasarana yang memadai
• Jama’ah
• Ilmu pengetahuan yang dimiliki
• Para donatur
• Dukungan moril dan spirituil dari kelurga besar
• Dukungan dari masyarakat



F. FAKTOR PENGHAMBAT DAKWAH USTAZAH HJ. ZAINAB

Selama Ustajah Hj. Zainab mensiarkan dakwah dikalangan masyarakat hanya sedikit yang menghambat dakwah Ustajah Hj. Zainab seperti :
• Kurangnya perhatian terhadap dakwah yang di sampaikan Ustazah Hj. Zainab.seperti masih adanya yang ngobrol.
• Sarana komunikasi yang kurang memadai atau terkadang rusak seperti mike rusak dll.