Yudhi'm Blog

Blog yang berisi berbagai macam tulisan & tutorial umum. Enjoy the blog here!!!

Banner Iklan1

Banner Iklan1
Sudahkah keluarga Anda terlindungi?

Banner Iklan

Banner Iklan
970x90

Pengajaran Matematika Rumit

Jakarta, Kompas
Pengajaran matematika di sekolah merupakan soal rumit dan kompleks, karena saling berkait mulai dari faktor guru, murid, orangtua, buku ajar, tujuan pembelajaran matematika sampai faktor kesejahteraan guru. Meski begitu, soal sumber daya manusia (guru) harus menjadi perhatian utama, karena ia merupakan titik persoalan sebenarnya yang perlu segera diselesaikan.
Demikian diungkapkan ahli pendidikan matematika Prof Dr Santoso Murwani dari IKIP Jakarta kepada Kompas di kediamannya, Kamis (13/5). Faktor kesejahteraan guru, lanjutnya, menjadi soal sentral. Bukan rahasia lagi, minimnya kesejahteraan guru membuat konsentrasi mengajar terpecah.
"Menyekolahkan guru untuk menambah wawasan memang perlu, tetapi begitu kembali ke kelas mereka akan tetap lebih berpikir bagaimana mencari tambahan penghasilan. Masalahnya adalah urusan perut," kata staf pengajar Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) IKIP Jakarta itu.
Menurut Santoso, soal pengajaran matematika sangat berkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Bukan tidak mungkin para guru sebenarnya tahu konsep matematika, tetapi tampak ogah-ogahan mengajarkannya. Mengapa? Hal itu karena mereka tidak memenuhi unsur segar, pintar dan benar. Unsur segar yang ia maksudkan adalah guru yang secara fisik dan psikis tampil penuh untuk siap mengajar.
"Akan tetapi bagaimana mungkin mereka bisa segar, kalau pikiran ke mana-mana," lanjut Santoso seraya menambahkan bahwa bahan ajar hanyalah salah satu dari sekian unsur dari mata rantai pembelajaran.
Tidak sulit
Matematika, demikian penilaian Santoso, bukanlah pelajaran yang sulit. Buku ajar yang ada pun tidak semua rumit, malah sudah ada perbaikan dibanding beberapa waktu lalu. Jumlah jam pelajaran 10 jam per minggu (untuk anak SD kelas I-IV) juga dinilai tidak berlebihan mengingat pentingnya tujuan pembelajaran mata pelajaran tersebut.
Tentang masih banyak orangtua atau murid mengeluhkan sulitnya pelajaran matematika, hal itu karena sebagian dari mereka dari awal sering sudah apriori dengan matematika, karena guru matematika pada umumnya bersikap angker. Akibatnya anak didik menilai matematika sebagai momok atau hantu yang ditakuti. Penyebab sesungguhnya justru lebih karena siswa tidak menguasai konsep dasar pelajaran matematika. Sedangkan para orangtua tidak mengerti karena pada pengajaran berhitung (zaman dulu) memang tidak ada konsepnya.
Mengapa siswa tidak menguasi konsep dasar, hal itu bisa karena gurunya memang tidak bisa memberikan kepada muridnya. "Guru yang biasanya angker sebenarnya bertujuan supaya muridnya enggan bertanya. Diduga mereka ini tidak menguasai konsep matematika," tuturnya.
Kemungkinan lain, tambah Santoso, kemampuan penguasaan bahan ajar murid terlalu dipaksakan. Pemaksaan atas kemampuan anak jaman sekarang makin banyak terjadi. Padahal kemampuan anak satu dengan yang lain berbeda. Ibarat naik mobil ada yang sangat mudah menangkap konsep, ada yang ibarat orang berlari, tetapi ada juga yang seperti orang berjalan. Mereka yang berjalan bukan berarti tidak mampu, hanya saja mereka butuh waktu lebih lama dibandingkan yang lain.
Menurut Prof Santoso, pengajaran pendidikan -termasuk di dalamnya matematika - sangat ditentukan oleh anak, guru, materi ajar, kondisi sekolah, manajemen sekolah, sarana (alat pengajaran dan kesejahteraan guru) dan tujuan yang
ingin dicapai. "Pembelajaran matematika bukan bertujuan menjadikan anak pandai matematika tetapi untuk mempermudah penalaran, melatih logika anak," katanya.
Mengajarkan matematika kepada anak sekolah dasar (SD) mutlak harus memakai alat peraga untuk memudahkan mengenalkan konsep matematika kepada mereka. Anak seusia mereka tidak bisa membayangkan sehingga bantuan alat peraga sangat efektif. Yang menjadi masalah, sekarang banyak sekolah tidak punya alat peraga atau gurunya tidak kreatif membuatnya.
Libatkan guru
Sementara itu, penulis buku tentang matematika Prof Dr Dali S Naga mengaku tidak lagi mengikuti perkembangan kondisi buku ajar matematika. "Saya kira sekarang sudah ada perbaikan," katanya. Namun, untuk penyusunan kurikulum ia berpendapat para guru harus lebih dilibatkan. "Mereka yang langsung berada di lapangan dan tahu persis kebutuhan anak didik," katanya.
Selama ini, penyusun kurikulum adalah orang perguruan tinggi. Mereka, lanjut Dali Naga, lebih baik menjadi advisor yang mendampingi para guru itu. Ditanya apakah guru-guru sanggup melakukannya mengingat mutu SDM kita begitu memprihatinkan? "Masak iya di antara lebih dari satu juta guru tidak ada yang bisa," jawabnya. (tri)
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Pengajaran Matematika Rumit"

we need a reformation in mathematics education...

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top