Percakapan dibawah ini terjadi antara saya dan teman seDhamma didalam milis Heartland. Dengan persetujuannya, saya memuatkan pertanyaannya beserta jawaban yang saya berikan, dengan tujuan untuk membagi diskusi kami. Untuk semua pengajaran dan diskusi, pergunakanlah kebijakanaan dan wawasan anda seperlunya.
Ngomong-ngomong, saya juga seorang Buddhis dan pernah menanyakan diri saya tentang hal ini. Dari situs anda, saya mendapatkan bahwa diri saya lebih mengetahui kebenaran setelah membaca artikel-artikelnya, terima kasih. Saya tidak dapat memastikan apakah saya seorang gay atau biseksual, agak membingungkan. Sejak masyarakat kami yang sekarang ini mulai dapat menerima homoseksual, saya mulai mempertanyakan masalah ini dalam buddhisme. Kelvin, saya ingin bertanya tentang persoalan ini, apakah itu diperbolehkan dalam Buddhisme untuk melakukan gay seks ketika kamu dan pasangan kamu tidak secara hukum disatukan? (not legally attached), terima kasih.
Anda mengakui bahwa anda seorang Buddhis, bagus buat anda! Bagaimanapun, itu penting buat anda untuk bertanya kepada diri anda sendiri apa yang membuat anda menjadi seorang Buddhis. Apa yang menjadi dasar dari ajaran agama Buddha? Apakah anda mengerti tentang itu? Itu penting bagi anda untuk mencari tahu jawabannya, agar mereka dapat membantu anda dalam kehidupan sehari-hari dan ketika anda berada dalam kebingungan!
Itu oke saja apakah seseorang itu gay, biseksual atau apa saja. Yang paling penting adalah jujur terhadap diri anda sendiri dan orang lain. Jadi jangan terlalu cemas tentang itu, oke?
Mengenai pertanyaan anda tentang disatukan (nikah) secara hukum. Dalam Buddhisme, pernikahan bukan merupakan suatu keharusan. Itu hanya dilakukan sebagai perayaan dalam masyarakat untuk mengakui status dari 2 orang (atau mungkin lebih dalam masyarakat tertentu). Itulah sebabnya kenapa Bhikkhu Buddhis jarang sekali terlihat untuk memimpin upacara dalam pernikahan bila dibandingkan dengan pernikahan Kristen.
Oleh sebab itu dalam banyak pandangan, itu tidak ada masalah seperti "disatukan secara hukum atau pernikahan" dalam Buddhisme, itu hanya merupakan kerayaan kemasyarakatan.
Konteks pertanyaan anda ada kecendorongan termasuk dalam categori "perbuatan asusila" (seks diluar nikah). Aturan yang popular ketika orang-orang membicarakan tentang gay seks. Salah satu dari lima dasar pancasila Buddhis adalah berusaha untuk menghindari perbuatan asusila. Kebanyakan orang mengartikannya sebagai melakukan hubungan seksual dengan makhluk yang salah [wrong being] (seperti terhadap anak dibawah umur, hewan, dll) pada tempat yang salah, waktu yang salah, dan bahagian tubuh yang salah. Kemudian mereka akan mendefinisikan bahagian tubuh yang salah sebagai mulut, lobang pantat [anus] dll. Perzinah, memperkosa, melakukan seks dengan hewan, dan mereka yang berada dibawah umur termasuk dalam perbuatan asusila tentunya.
Kita mesti mengerti bahwa ajaran Buddhisme sangat banyak mengajarkan tentang panduan kehidupan (alive teaching), ajarannya beradaptasi dengan masyarakat, kebudayaan dan juga perorangan. Jadi ajaran dasar yang berisi tentang menghindari perbuatan sex yang salah telah dikembangkan dan diadaptasi untuk kebudayaan yang berbeda, dan lain lain. Bagaimanapun juga, manusia cenderung menggunakan adaptasi itu secara keseluruhan dan mengimpornya kedalam kebudayaan mereka sendiri, tanpa mengubah isinya (lebih mirip seperti bagaimana seorang aktivis HAM mendefinisikan HAM berdasarkan dengan sosial dan kebudayaan mereka.) Itulah sebabnya mengapa terjadi banyak kekeliruan dan kepanikan ketika masalah melakukan kegiatan seks yang disalah itu dibicarakan, terutama pada gay, biseksual atau lesbian.
Untuk membuat catatan yang benar, dasar dari melakukan kegiatan seks yang salah adalah untuk kita tidak menyakiti ataupun membuat seseorang dirugikan melalui kegiatan seks. Contohnya, gay seks dengan sendirinya tidak termasuk dalam seksual misconduct karena itu terjadi antara dua orang dewasa dan tidak terjadi sesuatu yang merugikan orang lain. Itu sama saja dengan seks pada heteroseksual, tidak ada bedanya.
Bagaimanapun, bila seseorang telah 'mempunyai pasangan' (telah ada comitmen tentang seks tunggal dan pasangan hidupnya) dan melakukan seks dengan orang lain (tanpa sepengetahuan pasangannya maupun izin), itu dapat dikategorikan kedalam kegiatan seksual yang menyimpang. Mengapa, karena itu telah termasuk dalam sesuatu yang menipu pasangannya. Sekali lagi, ini juga berlaku kepada mereka yang telah menikah.
Jadi, dapat anda lihat, seks dalam Buddhisme adalah begitu. Itu tidak ada perbedaan antara gay seks, bi seks, transgender seks, ataupun straight seks. Perbedaannya muncul tergantung apakah mempunyai maksud untuk menyakiti seseorang atau tidak.
Bagaiamanapun, walaupun ini dapat mengartikan bahwa bersuka ria (dikenal juga dengan berpesta pora), bersetubuh dengan siapa saja, dan lain lain, secara teknik tidak dapat dikategorikan kedalam kegiatan seksual yang menyimpang, tetapi ini dapat meningkatkan nafsu dan nafsu yang kuat dan dapat membuat seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik dan ini dapat menyebabkan seseorang dirugikan dan juga diri sendiri (ini bila berhubungan dengan AIDS)
Jadi, apa saja yang kita lakukan, waspadalah dengan keadaan. Sikap yang sedang/ tidak berlebih lebihan merupakan cara yang bagus….. Jalan Tengah.
Kamu telah mengatakan bahwa seks diantar kedua orang dewasa yang saling menyetujui adalah tidak salah. Bagaimana Buddhisme memandang seks diluar nikah? Dan apakah gay seks itu termasuk seks diluar nikah?
Seperti apa yang saya katakan pada email terdahulu bahwa Buddhisme tidak menganggap pernikahan adalah sesuatu yang suci atau kewajiban yang berhubungan dengan agama. Oleh sebab itu secara teknikal tidak ada apa yang disebut "diluar-nikah".
Kita juga harus menjabarkan dengan hati-hati apa yang dimaksud dengan seks diluar nikah. Saya rasa secara umum seks sebelum nikah diartikan sebagai melakukan seks dengan seseorang sebelum menikahi orang tersebut. Mungkin pasangan itu dalam hubungan dan bermaksud untuk melakukan pernikahan dan mereka melakukan seks sebelum hari pernikahan. Saya rasa itulah yang diartikan orang.
Sudah tentu, ada orang yang mengartikan sebagai hubungan seks apa aja sebelum seseorang melakukan pernikahan. Dalam hal ini, ataupun yang sebelumnya, gay seks itu selalu seks diluar nikah karena seseorang gay tidak akan pernah dapat melakukan pernikahan di dalam mayarakat kita yang sekarang.
Seperti yang apa saya katakan bahwa tidak ada seks diluar nikah dalam ajaran Buddhis. Konteks ini hanya berlaku dalam masyarakat dan kebudayaan.Di masyarakat yang ketika perkawinan bukan bagian dari kebudayaan, jadi apa yang dimaksud dengan "sebelum nikah" ?
Apa yang dapat kita dari sini adalah tangung-jawab. Mengikuti jalan Buddhist, setiap perbuatan yang dilakukan tidak boleh menyakiti yang lain atau kita berusaha menghindar dari menyakiti mereka.Sama dengan seks, saya berpikir untuk menjadi seorang Buddhis, seks harus diikuti dengan tanggung-jawab dan memajukan kesejahteraan sesamanya dan orang lain, sesuatu yang tidak mudah dilakukan untuk orang gay.
Dalam ajaran Buddhis, tidak ada salahnya dengan seks dan uang. Ketertarikan terhadap seks (uang dan lainnya) dan nafsu yang kuat itu merupakan masalah yang kuat bagi mereka. Seks dapat menjadi sesuatu yang bagus bila digunakan dengan mahir, sama halnya dengan uang. Jika 2 orang yang bertanggung jawab melakukan seks (gay dan straight), itulah dia. SEKS
Seks tidak difokus dalam Buddhisme, karena ia mempunyai status yang sama dengan fungsi yang lain dari emosi dan tubuh , seperti rasa lapar, kemarahan dan kegembiraan. Biarpun begitu, seorang anggota sangha pernah mengambarkan seks seperti popupine yang masuk ke dalam lubang tikus, mudah untuk masuk tetapi sangat sangat sulit untuk keluar.
Sekali kita dijebak dalam seks, banyak sekali perbuatan yang tidak bagus yang akan dilakukan dan seperti melalui itulah kamma buruk diperbuat.
Salam Metta
Kelvin Wong
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
1 Komentar untuk "Pertanyaan Tentang Gay Seks"
Gay Biseks se indonesia...
Kembali kepada anda apa yg sedang anda cari...
Apa yg pernah anda jalani hubungan slama ini...
Membuat nyaman? Apa membuat anda tertekan & was-was?
Apa yg bagus fisiknya selalu menjamin hubungan akan langgeng?
Hubungan itu bagi saya tidak ada yg sempurna, kalo kita bs memaklumi. Mau mengerti kekurangannya. Pasti bs dijalani.
Tapi chemistry itu jg penting!
Gay dg karakter fashion. Dg gaya glamor. Dg perfectionist. Itu sdh banyak!
Gay identik kemayu/feminim? Gay posesif & protektif, itu jg sebagian besarnya!
Lalu apa anda pernah terpikir, sosok yg seperti apa yg bs buat suasana langgeng?
& sosok seperti apa yg layak didekati, yg bs menjamin privacy anda, bila anda seorang menikah?
Kita semua dilengkapi mata hati utk menilai siapa orang yg sdg kita kenal? Setiap kata" itu menggambarkan karakter seseorang... Selamat menilai...
Salah" langkah itu bs membunuh reputasi anda!!!
Salam : O85664600785
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).