UNGKAPAN ”rumahku surgaku” sering dijadikan moto sekaligus idaman hidup setiap orang. Untuk itu, rumah tak cukup sekadar mewah dan megah, tapi juga harus bersih dan sehat. Agar rumah kita bersih dan sehat sehingga penghuninya terhindar dari penyakit, tiap saat rumah kita bersihkan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Lantai dipel dengan lap yang sebelumnya dicelup ke larutan pembasmi kuman. Kamar mandi kita bersihkan dengan karbol dan pewangi lantai.
Pun demikian dengan badan dan pakaian kita. Agar bersih dan bebas kuman, badan kita tiap hari digosok dengan sabun mandi. Rambut kita keramas dengan sampo yang dilengkapi conditioner. Pakaian kita cuci dengan deterjen plus zat pemutih dan pewangi. Sementara itu, agar kita terhindar dari serangga, nyamuk misalnya, ruangan kita semprot dengan racun insektisida. Untuk mengusir semut yang mengerubuti makanan, kita pasang kapur barus. Sedangkan untuk membunuh tikus kita jebak dengan racun tikus.
Pendek kata, tanpa kita sadari, di tengah kesibukan menciptakan suasana rumah agar sehat dan bersih, justru kita menumpuk beraneka racun di rumah kita sendiri. Di setiap sudut rumah, nyaris tersimpan racun yang mematikan. Memang, orang dewasa sangat menyadari kehadiran bahan-bahan berbahaya tersebut sehingga risiko terpapar racun yang ada di rumah relatif kecil. Tapi, bagaimana dengan anak-anak kita, khususnya yang berada pada rentang usia 1-5 tahun, apakah mereka juga punya kesadaran dan pemahaman yang sama dengan orang dewasa terhadap ancaman dari racun yang ada di rumah? Jangan-jangan, sebenarnya kita telah menciptakan lingkungan rumah sebagai “area beracun” yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa dan keselamatan anak kita.
Tempat-tempat berisiko
Ada beberapa tempat yang punya risiko tinggi menjadi tempat terjadinya keracunan pada anak. Tempat-tempat tersebut biasanya dijadikan penyimpanan berbagai bahan yang mengandung racun. Pertama, kamar tidur. Di tempat ini hampir semua jenis racun tersedia, mulai yang ada pada bahan kosmetika, obat-obatan, racun serangga, hingga kapur barus. Kedua, kamar mandi. Di tempat ini juga bertumpuk beragam racun yang terdapat pada bahan-bahan pembersih dan pewangi lantai (karbol), pewarna rambut, bahan pemutih, deterjen, sabun mandi, pewangi ruangan, hingga pembasmi kuman.
Ketiga, dapur. Di tempat memasak ini biasanya dijumpai racun serangga (tikus), asam cuka, sabun cuci, dan minyak tanah. Keempat, ruang tamu. Tanpa disadari, ruang tamu bisa menghasilkan racun yang berbahaya bagi anak-anak karena di ruang ini biasanya diproduksi asap dan puntung rokok, baterai, dan tanaman hias. Kelima, garasi. Ruang ini juga menjadi tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya seperti cat, pengencer cat, air aki, oli mobil/motor, dan pelumas (gemuk).
Harus diwaspadai
Sering kali, tanpa pengetahuan para orang tua, anak-anak bisa menjangkau bahan-bahan beracun yang mengancam dirinya. Karena keterbatasan pengetahuan, para orang tua biasanya sulit memastikan apakah anak-anak mereka terpapar racun atau tidak. Untuk itu, diperlukan sikap waspada dan antisipatif sehingga risiko buruk akibat keracunan bisa ditekan serendah mungkin. Ada beberapa indikasi yang bisa dijadikan dasar orang tua untuk menentukan apakah anak mereka terpapar racun atau tidak.
Pertama, anak-anak tersebut pernah mengalami keracunan sebelumnya. Kedua, anak-anak berusia 1-6 tahun karena pada kelompok usia inilah mereka punya risiko paling tinggi mengalami keracunan. Ketiga, anak jatuh sakit secara mengejutkan, terlebih menunjukkan tanda-tanda kejang-kejang tanpa mengalami demam atau tidak sadar diri tanpa sebab-sebab yang nyata. Keempat, anak muntah tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Kelima, napas anak berbau aneh atau terdapat kotoran, luka, atau pecah-pecah di sekitar mulut dan hidung.
Jika terjadi insiden keracunan
Namun demikian, sering kali orang tua kecolongan karena tanpa sepengetahuan mereka, anak-anak sudah terkena racun. Jika sudah demikian, lantas apa yang bisa dan harus dilakukan? Ada beberapa saran dari BPOM yang bisa dijadikan pegangan.
1. Bersikaplah tenang dan jangan panik.
2. Cari bekas wadah bahan beracun yang dicurigai guna memudahkan mengetahui bahan racun dari label yang tertera di wadah tersebut.
3. Jangan beri makan atau minum sesuatu sebelum mendapat nasihat atau saran dari dokter atau sentra informasi keracunan (siker).
4. Telefon segera sentra informasi keracunan nasional terdekat di wilayah Anda untuk mendapatkan informasi atau segera bawa ke dokter/rumah sakit.
Pencegahan
Sebelum segalanya terlambat, ada baiknya kita memeriksa kembali apakah tiap sudut di rumah kita benar-benar aman bagi anak-anak? Bagaimanapun, mencegah adalah lebih baik daripada terlambat. Untuk itu, ada beberapa tips bagaimana kita memperlakukan bahan-bahan kimia atau obat-obatan yang ada di rumah.
1. Awasi semua bahan kimia atau obat yang ada di rumah.
2. Simpan semua obat dan bahan kimia di lemari yang terkunci dan jauh dari jangkauan anak.
3. Jangan menaruh di sembarang tempat meski hanya sebentar.
4. Jangan pindahkan bahan ke wadah lain, biarkan bahan di wadah aslinya.
5. Jangan taruh obat dan bahan kimia dekat dengan makanan atau minuman.
6. Hindari membujuk anak minum obat dengan mengatakan bahwa obat itu cokelat atau permen.
7. Buang semua obat atau bahan kimia yang sudah tak terpakai lagi ke lubang WC atau kubur di tempat yang aman.
8. Baca label dengan saksama dan teliti sebelum menggunakan obat atau bahan kimia.
9. Jangan robek atau buang label pada kemasan.
10. Hubungi sentra informasi keracunan di wilayah Anda.***
Syarifah, S.P.
Alumnus Fakultas Pertanian Unpad
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "Racun Bertebaran di Rumah Kita"
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).