Dalil-dalil Seputar Nasyid

Disusun oleh : Mohamad Achiruzaman

Pendahuluan

Ulama Mutakhiriin berbeda-beda pandangan dalam menilai hiburan dan permainan. Beberapa pendapat saya nukil. Di antaranya dari Said Hawwa :

Mendengarkan musik secara terus menerus menjadikan jiwa manusia senantiasa dalam suasana santai. Musik menguatkan hawa nafsu, keinginan bersantai-santai dan kebencian terhadap beban dan kesulitan (Said Hawwa dalam Al-Islam hal : 753. Gema Insani Press).

Dr. Yusuf Qaradhawi mengungkapkan pendapatnya dalam buku Halal dan Haram dalam Islam dengan kalimat berikut :
“Tetapi Islam mengakui fitrah dan naluri yang diciptakan Allah pada diri mereka, yaitu Allah menciptakan mereka sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang, tertawa-tawa, dan bermain-main, sebagaimana Dia menciptakan mereka suka makan dan minum”. (Dr. Yusuf Qaradhawi dalam Halal dan Haram hal : 333. Robbani Press).


Hanzhalah al-Asidi, salah seorang sekretaris Nabi saw. Dia bercerita tentang dirinya kepada kita sebagai berikut:
“Suatu ketika aku bertemu Abu Bakar, kemudian terjadilah suatu dialog:

Abu Bakar : Apa kabar, Hanzhalah?
Aku : Hanzhalah telah berbuat nifaq!
Abu Bakar : Subhanallah, apa katamu?
Aku : Kami selalu berada di sisi Rasulullah saw. Beliau selalu mengingatkan kepada kami tentang neraka dan surga sehingga seolah-olah kami melihatnya dengan mata kepala. Akan tetapi setelah keluar dari tempat Rasulullah saw, kami bermain-main dengan isteri dan anak-anak kami dan sibuk dengan pekerjaan kami, sehingga kami banyak melupakan nasihat tersebut
Abu Bakar : Demi Allah, kami juga berbuat demikian.
Aku : Kemudian saya bersama Abu Bakar pergi ke tempat Rasulullah saw.
Aku : Hanzhalah telah berbuat nifaq, wahai Rasulullah!
Rasulullah : Apa ?!
Aku : Wahai Rasulullah, kami biasa berada di sisimu dan engkau ingatkan kami dengan neraka dan surga sehingga seolah-olah kami melihatnya dengan mata kepala kami. Akan tetapi setelah keluar dari tempatmu kami bermain-main dengan isteri dan anak-anak kami serta sibuk dengan pekerjaan kami, dan kami banyak lupa terhadap nasihatmu itu.

Kemudian Rasulullah saw bersabda:

”Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya kalau kamu senantiasa menepati apa yang pernah kamu dengar ketika bersamaku dan juga tekun dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tanganmu di tempat-tempat tidurmu dan di jalan-jalan kamu. Akan tetapi wahai Hanzhalah, sesaat (begini) dan sesaat (begitu). ” Beliau mengulangi ucapan ini sampai tiga kali. (Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (8/94-95), Tirmidzi (2/84) dan Ahmad (2/304, 305).

Menghibur diri, bermain dan bercengkrama adalah mubah, selama tidak mengganggu hal yang wajib dan melanggar batasan syariat Islam. kadarnya pun harus pas, sebab menghibur diri waktunya sesaat sebagai pemenuhan fitriah setiap manusia.

Abu Darda’ berkata , ”Sesungguhnya hatiku akan kuisi dengan sesuatu yang kurang bermakna, supaya lebih dapat membantu menegakkan yang haq. ”

Ali Bin Abi Thalib karamallahu wajhahu berkata :

”Sesungguhnya hati bisa lesu sebagaimana badan. Oleh karena itu carilah segi-segi kebijaksanaan demi kepentingan hati.”
Dan katanya lagi:
”Hiburlah hatimu sesaat demi sesaat, krena hati apabila dipaksa bisa buta.”

Hanya saja hiburan-hiburan itu tidak boleh menjadi kebiasaan dan perangainya. Sebab itu menjadikan hati kita membatu.

Yang penting dalam menghibur diri, seorang muslim tidak boleh mencampurnya dengan suatu kedustaan, olok-olokan, dan pelecehan terhadap manusia (tanpa alasan jelas dan syar’i) maupun syariat Islam. bahkan kita harus berusaha agar hiburan itu bermakna dan memiliki nilai syiar yang mampu menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Atau jika tidak bisa, maka minimal ia tidak melanggar syariat Allah.

Salah satu hiburan yang mendunia adalah musik dan nyanyian.

0uuuuuuuuuuuuu