Kompas Jakarta, Rabu
Sesuatu yang tak lazim digolongkan sebagai kelainan. Begitu juga dalam kancah perilaku seksual. Di seputar kita bisa dijumpai penderita parafilia, pengidap gangguan psikoseksual. Mereka, umumnya laki-laki, menyukai kegiatan seksual tidak lazim mulai dari mengintip, memamerkan alat kelamin, sampai mengenakan pakaian wanita.
Salah satu kelainan parafilia (gangguan psikoseksual yang kebanyakan diderita pria), yang disebut voyeurism (di dunia kedokteran dikenal sebagai skopofilia) adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat wanita yang sedang telanjang, melepas pakaian, atau melakukan kegiatan seksual.
Penderita memperoleh kepuasan seksual dari situ. Wanita yang diintip biasanya tak dia kenal. Mengintip menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Hanya berharap memperoleh kepuasan orgasme dengan cara masturbasi.
Berbeda dengan pria normal –yang baru mendapat kepuasan seksual setelah melakukan persetubuhan (terkadang masturbasi) – penderita voyeurism sudah terpuaskan tanpa harus melakukan senggama. Namun, penyuka film atau pertunjukan porno jangan takut dikatakan menderita kelainan ini, karena para pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan ditonton orang lain.
Berbagai Jenis Parafilia
Selain voyeurism, masih ada jenis parafilia, seperti ekshibisionisme, fetisisme, transvestisme, masokisme , paedofilia dan lain-lain. Ciri utama penyimpangan psikoseksual ini ialah timbulnya fantasi atau tindakan yang tidak lazim dan merupakan keharusan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Fantasi ini cenderung berulang secara mendadak dan terjadi dengan sendirinya. Penyebab utamanya biasanya berhubungan dengan faktor psikologis. Sedangkan gangguan fungsi karena kelainan atau gangguan organik pada alat kelamin tidak dimasukkan dalam parafilia.
Fetisisme. Kebanyakan menggunakan benda mati sebagai cara eksklusif untuk mencapai kepuasan seksual. Fetisy dapat berupa suatu bagian dari tubuh wanita seperti rambut, bulu kemaluan atau kuku. Dapat juga berupa pakian atau benda lain milik wanita macam BH, kaus kaki, syal, sepatu dan tas
Transvestisme. Ini agak aneh pria heteroseksual dalam fantasinya atau secara aktual mengenakan pakian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual dan kemudian mendapatkan kepuasaan seksual. Mengenakna pakian wanita merupakan pernyataan identifikasi diri sebagai wanita (feminine identification). Bila keinginan mengenakan pakian wanita tidak terlaksana, ia akan sangat frustasi.
Ekshibisionisme. Penderita senang mempertontonkan penisnya kepada orang tidak dikenal. Tujuannya untuk memperoleh kepuasan seksual tanpa maksud melakukan kegiatan seksual dengan orang yang melihatnya. Kepuasan seksual diperoleh penderita saat melihat reaksi terperanjat, takut, kagum, jijik atau menjerit dari orang yang melihatnya. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada saat itu juga atau sesaat kemudian.
Sadomasokisme. Pada kasus ini terdapat penggabungan unsur sadistik dan masokistik saat melakukan hubungan seksual. Dikatakan sadistik kalau melukai atau menyakiti orang lain secara sengaja atau dengan ancaman demi kepuasan seksual. Dibilang masokistik kalau rangsangan seksual diperoleh ketika menjadi sasaran rasa sakit atau ancaman rasa sakit.
Paedofilia. Sasaran kepuasan seksualnya diarahkan pada anak-anak yang belum puber. Sekitar dua pertiga korban kelainan ini adalah anak-anak berusia 8-11 tahun. Kebanyakan paedofilia menjangkiti pria, namun ada pula kasus wanita berhubungan seks secara berulang dengan anak-anak.
Penyimpangan Psikologis
Bila yang dibayangkan dalam fantasi penderita parafilia tidak bisa dimanifestasikan dengan sesungguhnya, baik saat melakukan kegiatan seksual sendirian atau dengan pasangan, maka hal yang dibayangkan haruslah terdapat dalam fantasi yang menyertai masturbasi atau persetubuhan. Karena saat itulah, nafsu erotiknya baru bangkit. Sebaliknya, bila tidak terdapat fantasi parafiliak yang dibayangkan maka kepuasan seksual atau orgasme tidak akan tercapai.
Ciri lain parafilia , perilaku demikain umumnya tidak membuat mereka cemas atau depresi, meski dalam beberapa kasus ada juga yang merasa bersalah, malu atau depresif karena seringnya melakukan kegiatan seksual tidak lazim itu.
Namun, para penderita sering tidak mampu melakukan hubungan seksual yang penuh kasih sayang secara timbal balik. Juga terdapat disfungsi psikoseksual seperti nafsu seksual normal yang terhambat, orgasme terhambat, ejakulasi dini, atau pada wanita timbul diprapeunia (vagina terasa nyeri waktu melakukan hubungan seksual).
Dalam dirinya juga terjadi gangguan kepribadian terutama ketidakdewasaan emosi.Hubungan sosial dan seksual dapat terganggu bila perilaku seksual itu diketahui orang dekatnya, umpamanya istrinya. Atau, bila pasangan seksualnya menolak ikut serta dalam kegiatan seksual tidak lazim itu.
Penderita sendiri rata- rata tidak merasa atau menganggap dirinya sakit atau mengidap kelainan seksual sampai mendapat perhatian dokter akibat perbuatan seksual itu menimbulkan konflik disekitarnya.
Pendekatan pada penderita hendaknya dengan penuh pengertian, tidak dengan menghakimi atau mempersalahkan. Juga dicoba menyelami perasaan dan karena acap kali gangguan itu terbentuk dari keinginan dan pengalaman masa lalu. (Intisari, Prof Dr Arif Budijanto dan dr. Stephanus Kurniadi di Jakarta)
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
2 Komentar untuk "Parafilia: Dari Mengintip Hingga Pamer"
ada jurnal ttg bginian ga yg lebihb detail klo bisa gambar
terimakasih atas informasinya...
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).