Bahasa Cinta Baik untuk Pernikahan dan Kesehatan

VisionNet - Para peneliti mengatakan bahwa interaksi yang positif akan meningkatkan kekebalan dan mengurangi resiko penyakit jantung dengan menjaga hormon stress tetap rendah. Kata-kata yang lembut dan dan perasaan hangat dapat juga menjaga pernikahan agar tetap sehat.

"Penelitian kami menunjukan bahwa dampak bahasa akan mempengaruhi tingkat kortisol pada pasangan muda, tetapi biasanya wanita sangat sensitif pada kata-kata negatif," tegas ketua penelitian Janice Kiercolt-Glaser, Ph.D. Cortisol adalah sebuah hormon yang berkaitan pada stress; tingkat hormon akan meningkat pada darah ketika stress terjadi.

"Kenyataannya, peningkatan hormon cortisol pada wanita dua sampai tiga kali lebih mungkin yang mengakibatkan penceraian dalam sepuluh tahun," ujar Kiecolt-Glaser seorang profesor dan direktur pyskologi kesehatan Ohio State University College of Medicine.

Para peneliti melakukan pengamatan pada 90 pasangan muda yang berumur 20 sampai 37 tahun. Ketika mereka mendiskusikan bagaimana mereka bertemu dan berbagai informasi tentang konflik pernikahan, para peneliti menganggap kata-kata positif dan negatif yang mengawasi tingkat darah pada cortisol.

Pasangan yang biasa memakai kata-kata yang lebih positif untuk menggambarkan cerita hubungan mereka dan kata-kata lebih negatif ketika mendiskusikan konflik mereka. Bahasa yang mereka gunakan akan mempengaruhi cartisol baik pada pria atau wanita, tetapi wanita menunjukan peningkatan yang tinggi dalam merespon kata-kata negatif.

Sepuluh tahu kemudian, para peneliti menghubungi para partisipan untuk mengatahui status mereka.

Tingkat cortisol pria selama diskusi yang sebenarnya tidak nampak memprediksikan apakah mereka akan menikah kemudian. Tetapi wanita pada wawancara awal memiliki cortisol dua kali lebih mungkin diceraikan dalam satu dekade kemudian.

Hal ini mengapa wanita nampak tepat sebagai barometer yang baik pada kualitas pernikahan. Penelitian telah menunjukan bahwa wanita memiliki respon fisik yang lebih kuat dan lama terhadap konflik pernikahan dibanding pria, sering disebabkan oleh mengingat kembali peristiwa lalu, "dan menjelaskan mengapa wanita memutuskan lebih sering dari pria, baik dalam memperbaiki atau mengakhiri pernikahan," saran dia.

Untungnya, Anda dapat memahami diskusi masalah perkawinan dalam istilah yang positif. "Bahkan ketika Anda marah, ada cara yang kontruktif untuk meredamnya," tegas konsultan pernikahan David Woodsfellow, Ph.D. Sehingga untuk memiliki hubungan yang positif, berikut beberapa cara yang harus dikembangkan:
• Menyetujui waktu yang ditentukan untuk melakukan sesuatu, dibanding memaksakan sekarang.
• Gunakan volume suara rendah dan lembut, terutama pada awal pembicaraan.
• Hindari bahas yang akan mengakibatkan ketidaksukaan dan tidak sopan.
• Kurangi serangan verbal pada karakter dan kebiasaan.
• Luangkan 20 menit untuk menenangkan diri kalau diperlukan.

Untuk mencegah munculnya masalah, pasangan perlu untuk berkomunikasi secara teratur, berikut beberapa metoda untuk menyambungkan kembali komunikasi:
• Bertemulah selama 20 menit ketika pertama kali Anda pulang kerja.
• Lakukanlah jalan-jalan sore sesering mungkin.
• Bermesraan kembali setelah anak-anak pergi tidur.
• Jadwalkan untuk keluar selama dua jam dalam seminggu tanpa anak-anak.
• Buatlah rutinitas ini sebagai kebiasaan.

Dalam menyatukan kehidupan dan rumah tangga, para pasangan muda memiliki tantangan lain. "Masing-masing Anda memiliki cara sendiri-sendiri dalam melakukan sesuatu," ujar Woodfellow, "tetapi sekarang akan berbagi makanan, waktu sore, dan liburan. Sehingga untuk membangun kehidupan bersama Anda yang baru, pertimbangkan tips-tips berikut"
• Diskusikan rutinitas diri Anda dengan orang lain.
• Ambilah salah-satu yang Anda senangi dan biarkan yang lainnya.
• Kembangkan sesuatu yang baru ketika Anda pergi. (msn/ys)